Globalisasi itu buakan sebuah
ancamna bagi masyarakat,namun globalisasi adalah dualisme yang harus kita
jalani.di samping kita menjalaninya,di samping tiu juga kita berupaya untuk
melawannya.jangan menganngap bahwa globalisasi adalah bentuk rezim yang di buat
oleh manusia hanay di era baru baru ini saja,namun yang harus kita ketahui
sebelumnya adalh bahwa bentuk sebuah globalisasi itu sudah tertera pada era era
sebelumnya.bah kan sebelum zaman rosulullah saw entah itu dalam bentuk
budaya,interaksi sosial perdagangan atupun isme isme pada waktu itu.maka kalo
boleh saya katakan globalisasi adalah keniscayaan.
banayak orang mengatakan dan
perpendapat bahwa rezim globalisasi merupakan rezim yang merugikam
masyarakatnya,menjadikan yang kaya tambah kaya,dan yang miskin tambah
miskin.sedikit banyak memang kita pahami bahwa ini adalah sebuah hipotesa yang
hampir mendekati hipotesa sesungguhnya.tetapi pada dasarnya kita harus mengkaji
ulang mengenai apa itu sebenarnya globalisasi dan fungsi fungsinya.tidak etis
rasanya bila kita memandang segala sesuatu itu hanya dengan sebelah mata,karena
pada dasarnya segala sesuatu itu merupakan gabungan kalimat kalimat sehingga
membentuk sebuah konsep.secara falsafasi,kemungkinan yang benar untuk
mnejadikan salah itu bisa, bahkan menjadikan yang salah itu benar juga bisa.dan
itu tergantung prespektif pikiran kita masing masing dengan menggunakan warisan
teori oleh ilmuan ilmuan sebelumnya.
Dalam sebuah konsep globalisasi
kita mengenal tiga prespektif atu bentuk globalisasi,antara lain adalah hipper globalis,skeptis globalis,reformis
globalis.dalam pandangan seorang hipper globalis mereka setuju dengan
adanya globalisasi ,karena merak mengaggap bahwa globalisasi merupakn bentuk
ekonomi baru untuk meningkatkan tingkat ekonomi suatu negara.seperti apa yang
di katkan kenichi ohame.kemudian
dalam pandangan skeptiis globalis,mereka
mnganggap bahwa globalisasi merupakan sebuah mitos.Kenyataannya, dunia tidak benar-benar
terhubung satu sama lain. Yang berlangsung bukanlah globalisasi, tetapi
“regionalisasi” kita ketahui juga karena keterbukaan ekonomi/perdagangan dunia dalam
globalisasi juga tidak terjadi, bahkan lebih buruk dibanding periode 1870-1914.namun
yang terjadi adalah Struktur
ekonomi dan perdagangan yang ada saat ini tidak benar-benar bekerja untuk
menyatukan kepentingan antar negara, tetapi melahirkan dominasi baru
aktor-aktor besar (MNC’s) dan negara-negara kaya.[1]dan
ke mudian untuk yan terahir adalah reformis globalis,mereka beranggapan bahwa
globalisasi merupakan sebuah proses historis yang sudah ada sejak dulu yang
mencakup tidakhanya hubungan antar negara dan perdagangan,namun juga sebuah
proses terhubungnya sebuah proses nilai ,kebudayaan,etika, ekologi,migrasi
manusia dan lain sebagainya.intinya mereka menganggap dengan adanya proses ini
akan tebentuk suatu hubungan hubungan baru baik itu manusia negara dalma sekala
internasional.
Nah,dengan demikian yang harus
kita lakukan dengan globalisasi tersebut adalah menerimanya,bukan malah membuangnya.jika
kita membuangnya samahalnya kita haya menjadi pihak yang setuju terhadap
globalisasi tanpa memberi solusi apapun terhadap masyarakat.dari uraian ketiga
prespektif globalisasi diatas kita dapat menerapkanya menurut model masing
masing setiap individu baik itu ndividu suatu negara.memang terlihat dan
terkesan sangat sulit untuk menjalani dan mewujudkan cita cita masyarakat yang
sejahtera dengan embel embel globalisasi.tapi setidaknya kita msyarakat dan
para kaum elit intelektual di negri ini mempunyai formulasi baru dalam
menghadapi tantangan dunia global degan cara mereduksi globalisasi tersebut
menjadi globalisasi yang posiif bagi masyarakat negrinya.pertama mungkin kita
bisa merubah melalui sitem pemerntahan ini yang lebih memihak kepada kepentingan
korporasi dan kepentingan luar.sejatinya pemerintah mengontrol keluar masuknya
infestor dalam negri ini dalam artian megurangi jumlah infestor dari luar
agartidak terjadi ketergantungan.karena yang kita lihat sekarang rezim
globalisasi banyak magang di bidang ekonomi suatu negara.kemudian yang kedua
adalah ,adanya masyarakat yang plural merupakan kunci salah satu terciptanya
kesejahteraan sosial kemudian juga merduksi kemungkinan kemungkinan konflik
antar suku ras maupun masyarakt.dengan cara saling menghormati sesama
kemungkinan kemungkinan yang ada adalah terjalinya suatu bentuk entitas yang
bisa menguatkan nasionalisme suatu bangsa ini.
No comments:
Post a Comment